Semiotika Opening Dragon Ball Terhadap Momentum Isra Mi'raj


Dunia sebesar ini tidak sebanding dengan kedamaian ruang sempit ketuban atau dekapan seorang ibu yang maha nyaman, Tuhan kini terlalu banyak menghadirkan bajingan dan beban. Segala keluh kesah akan kesibukan pada umur dua puluh tahun keatas, kadang membuat kita terjebak dalam kehidupan dan kekhawatiran akan masa depan. Barangkali memang perlu kita bangunkan kembali anak kecil yang tengah tidur di dalam jiwa, untuk kembali dapat berbahagia pada hal-hal sederhana, memikirkan segala persoalan dengan imajinasi yang suka-suka.

Bicara tentang masa kecil dulu, apa yang paling kalian rindukan? Jawaban saya jelas, menikmati pagi hari di akhir pekan dengan sajian kartun-kartun yang tak pernah membosankan, sampai ibu mengomel “bangun, bukannya mandi malah nonton kartun mulu”. Selain Spongebob Squarepants, Digimon, Yugi-Oh, Shin-Chan, Conan, Dragon Ball, Chibi Maruko-Chan, Doraemon, atau Ninja Hatori, dan juga kartun Nickelodeon lainnya.

Beberapa waktu lalu memoar tentang kartun-kartun tersebut kembali memenuhi kepala. Dulu mungkin yang saya lakukan hanya menontonnya tanpa memikirkan apapun. Namun, setelah saya menonton beberapa opening kartun-kartun tersebut di youtube, banyak makna yang tersirat di dalamnya. Salah satunya opening dari kartun Dragon Ball yang legendaris. Berikut videonya..



Sadarkah kalian? Lagu tersebut menceritakan salah satu peristiwa yang sangat penting, yakni Isra Mi’raj Rasulullah SAW. Hal tersebut tersiratkan dalam bait demi baik dalam liriknya. Mari perhatikan.

“Orang pun datang, dan akan kembali. Kehidupan kan jadi satu.”

Bila ditelisik dengan kajian semiotika yang dalam, melalui lirik ini dapat kita temukan suatu subliminal message terkait dengan perjalan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Ada suatu pemahamapn bahwa semua orang yang datang ke bumi akan kembali lagi ke pencipta-Nya, semua yang hidup dan diciptakan pasti akan mati.

“Di kehidupan yang kedua, akan menjadi lebih indah. Siapakah yang dapat melaksanakan? Sekarang berusaha mewujudkannya.”

Secara gamblang dalam lirik tersebut dijelaskan bahwa akan ada kehidupan kedua, yakni kehidupan setelah mati, kehidupan yang lebih indah dari bumi. Siapa yang mampu mencapainya? Hanya mereka yang ketika hidupnya  telah berusaha untuk mewujudkannya. Apa yang perlu diwujudkan?

“Cahaya cinta perlahan menyilaukan, itulah mimpi kehidupan kedua. Mimpi itu dari mana datangnya?”

Dalam kehidupan dunia, setiap orang akan ber-fastabiqul khoirot sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah ayat 148, untuk mewujudkan mimpinya, untuk memperoleh kemuliaan baik di kehidupan dunia maupun di kehidupan kedua, untuk memperoleh cahaya cinta-Nya. Tapi dari manakah kedatangan mimpi itu? Bagaimana cara meraihnya?

Jawabnya ada di ujung di langit kita kesana dengan seorang anak, anak yang tangkas dan juga pemberani”

Untuk mendapat jawaban tersebut, kita perlu mencarinya ke ujung langit. Namun, bagaimana mungkin kita bisa ke sana? Rupanya kita tak perlu bersusah payah atau mabuk udara untuk terbang ke atas awan dan mengetahui jawabannya. Telah diutus seorang teladan yang mulia, yang diembankan tugas tersebut. Tak lain, ialah Rasulullah SAW. Hal ini sebagaimana yang disampaikan dalam QS Al-Isra ayat 1; Maha suci Allah, yang telah  memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil haram ke Masjidil aqsa  yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia maha mendengar, maha melihat.

Syaikh Al-Albani dalam kitabnya Al-Isra’ wal Mi’raj menyebutkan 16 sahabat yang meriwayatkan kisah Isra Mi’raj tersebut, antara lain Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairaj, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Husaib Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’Ud, ‘Ali, dan ‘Umar. Di antara kisah-kisah tersebut, disarikan Shahih Bukhari dan Mulim bahwa Rasulullah SAW bersabda menceritakan perihal malam Isra Mi’raj;

Atap rumahku terbelah ketika saya berada di Mekah dalam keadaan antara tidur dan terjaga. Lalu turunlah Jibril dan membelah dadaku, kemudian ia mencucinya dengan air zamzam. Lalu dia datang dengan membawa tempayan emas yang penuh berisi hikmah dan iman, lalu menuangkannya ke da;a, dadaku kemudian dia menutupnya

Kemudian didatangkan kepadaku Buraq, hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghol. Buraq mampu meletakan telapak kakinya di ujung pandangannya. Maka saya pun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat para nabi mengikat tunggangan. Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar.

Kemudian kami naik ke langit pertama dan Jibril minta izin untuk masuk. Maka dikatakan kepadanya “Siapa engkau?” Dia menjawab, “Jibril”. Dikatakan lagi, “Siapa yang bersamamu?” Dia menjawab, “Muhammad.” Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?” Dia menjawab, “Dia telah diutus”. Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Adam. Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.

Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril berkata “bukalah (pintu langit).” Penjaganya menanyakan seperti yang ditanyakan oleh penjaga langit pertama. Kemudian beliau bertemu dengan Isa dan Yahya di langit kedua, Yusuf di langit ketiga, Idris di langit ke empat, Harun di langit kelima, Musa di langit ke enam, dan Ibrahim di langit ke tujuh sedang bersandar ke Baitul Ma’mur.

Lalu Jibril membawaku ke Sidratul Muntaha, di mana daunya seperti telinga gajah dan buahnya seperti, tempayan. Juga diperlihatkan kepadaku empat sungai. Jibril berkata “Adapun dua sungai yang didalam adalah dua sungai dalam surga. Dua di luar adalah Nil dan Eufrat.” Kemudia Jibril datang membawa bejana berisi khamar dan susu, lalu saya memilih susu. Maka Jibril berkata, “engkau telah memilih fitrah.”

Kemudian kami terus ke atas sampai tiba pada jenjang yang di sana, saya mendengar goresan pena. Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan atasku 50 shalat sehari semalam. Kemudian saya turun kepada Musa, dan Musa berkata “kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan. Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya.” Maka saya kembali ke Tuhanku seraya berkata, “Wahai Tuhanku, ringankanlah atas umatku.” Maka dikurangi dariku 5 shalat. Lalu saya kembali ke Musa, dan Musa kembali berkata, “Sesungguhnya umatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu dan minta keringanan.” Maka terus menerus saya mondar mandir, antara Allah dan Musa, hingga Allah berfirman, “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam. Setiap shalat pahalanya 10, maka semuanya 50 shalat. Barangsiapa yang meniatkan kejelekan lalu dia tidak mengerjakannya, maka tidak ditulis dosa baginya satu kejelekan. Jika dia mengerjakannya, maka ditulis baginya satu kejelekan”.

Kemudian saya turun kembali ke Musa dan menceritakan hal tersebut, dia berkata “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan.” Maka saya pun berkata, “sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai saya pun malu kepada-Nya.” Kemudian saya dimasukan ke dalam surga, ternyata di dalamnya ada gunung-gunung dari permata dan debunya adalah misk (minyak wangi).”

Di atas adalah penjelasan mengenai peristiwa Isra Mi’raj. Lalu, apa kaitannya dengan pertanyaan-pertanyaan dalam penggalan lirik opening Dragon Ball?



Bertarunglah dragon ball! Dengan segala kemampuan yang ada, bila kembali dari langit. Semoga hidupkan jadi lebih baik.”

Ada harapan yang dipersuasikan tentang kehidupan yang lebih baik sekembalinya dari langit yang berhubungan dengan perintah Allah kepada Rasulullah di atas langit Sidratul Muntaha.

“Tugas yang berat dilaksanakan, berjuang agar lebih baik. Siapa yang dapat melaksanakannya dan berusaha mewujudkan? Semua itu demi hidup yang baik. Hanya dia yang mampu melaksanakannya!”

Sebuah tugas berat yang harus diperjuangkan dengan sebaik-baiknya. Hingga siapapun yang mampu melaksanakannya dapat menyelamatkan kehidupannya menjadi lebih baik. Hanya bagi mereka yang mampu melaksanakan tugas tersebut, janji Allah akan kehidupam kedua, hidup setelah mati yang lebih baik dapat terwujud. Tugas itu tak lain adalah shalat.

“Sungguh menanglah orang-orang yang beriman. Orang-orang yang khusyu’ di dalam melakukan shalat..... Dan orang-orang yang memelihara dan menjaga semua waktu shalatnya. Mereka itulah yang akan mewarisi surga firdaus, dan di sanalah mereka kekal selama-lamanya.” (QS. Al-Mu’minun: 1-11)

Hayyaalalfalaah!

Comments

  1. Well done, memberikan wawasan yang luas. Sangat puas membacanya..

    ReplyDelete

Post a Comment

Pembaca yang baik meninggalkan jejak. Komentar kalian turut serta membangun kelangsungan hidupnya blog ini..

Popular posts from this blog

Magang Punya Kenangan

Kampanye Hitam, atau Adu Domba Para Idiot?

Kemungkinan Yang Tidak Memungkinkan