Posts

Mabuk

Image
"Kamu tahu, kenapa saya dibiarkan Tuhan untuk terus berada di sisi gelap dan berbuat jahat?" Pertanyaan si Setan mengacaukan lamunan saya. Lamunan itu adalah saat tengah malam, yang jalanan di luar rumah saya menjadi basah akibat hujan dari sore hari, dan saya tidak bisa tidur karna ada yang berisik. Sepertinya dari dalam kepala. "Saya tidak pernah mengenal Tuhan sebaik kamu mengenal-Nya," saya jawab pendek, karna saya benar-benar tidak tahu jawabannya dan benar-benar sedang tidak ingin main tebak-tebakan. "Karena saya diberkati usia tanpa masa kadaluarsa, saya abadi!" Ia menjawab sambil tersenyum, sinis. Saya coba memahami. "Bukannya itu adalah hukuman? "Kamu boleh saja menganggap itu sebagai hukuman, atau kutukan dari Tuhan untuk saya. Terserah kamu. Tapi bagi saya, sebenarnya ini adalah keberuntungan. Kamu tahu, saya perlu merayu saat bernegosiasi agar Tuhan memberikan saya hidup, yang setiap detiknya menjadi hak saya, yang boleh saya gunakan

Kodrat Perempuan

Image
Perempuan itu tertawa kecil. Matanya terus menatap kosong ke arah cermin besar yang tertempel di tembok sisi kanannya. “Apa yang lucu?” tanya perempuan lain yang duduk di depannya. Perempuan itu sekilas melihat kertas-kertas yang ada di sisi mejanya, lalu menatap lurus ke perempuan tadi. “Tidak,” jawab perempuan itu sambil tersenyum ke perempuan lainnya, tetap dengan tatapan kosong. “Aku hanya teringat sesuatu yang sering diucapkan suamiku.” “Mantan suamimu?” “Iya, mantan suami.” “Apa katanya?” tanya perempuan lain itu, sambil memainkan ujung-ujung kertas. “Hah?” “Sesuatu yang sering diucapkan mantan suamimu. Apa katanya?” “Oh,” kata perempuan itu dengan lirih. Ia palingkan pandangannya ke arah tangan yang tergeletak di atas pahanya.   “Dia selalu bilang, kalau seorang perempuan kodratnya hanya seputar kasur, dapur, dan sumur.” Perempuan itu mengangkat wajahnya lalu menatap perempuan lainnya dengan tersenyum. “Aku boleh minta rokokmu?” “Kamu merokok?” Perempuan

Menjadi Kecebong Sombong dan Unta Keras Kepala

Image
Beberapa hari lalu saya mengalami fenomena yang sering kali melanda mahasiswa atau pengangguran di sela waktu luangnya, gabut. Walaupun tidak benar-benar memakan gaji buta karena tidak digaji, saya merasa bosan tidak melakukan apa-apa. Daripada tidur, hasrat kegabutan mendorong saya berselancar di media sosial. Melihat-lihat foto instagram perempuan yang akhir-akhir ini sering mengunjungi kepala saya, menyaksikan perang kicauan di twitter, membaca shitpost meme di facebook dan line, atau sekedar menonton video-video trending di youtube. Sampai saya menemukan video tentang tindakan intimidatif oknum sebuah kelompok pada anggota dari kelompok lain, yang tengah viral di media sosial . Tentang seorang bapak, dan ibu beserta anaknya di acara Car Free Day, mengenakan kaus mendukung presiden dengan tagar #DiaSibukKerja, diperlakukan secara kurang manusiawi oleh sejumlah orang dari kubu yang sedang menyampaikan aspirasi politiknya dengan kaus bertagar #2019GantiPresiden.

Bahagia

Image
Nona, seseorang pernah ditanya mengenai makna kebahagiaan. “Kebahagiaan itu tawa,” katanya. Namun, pada suatu pagi ia temukan dirinya tertawa sendiri, saat istri yang ia nikahi selama lebih dari belasan tahun dikuburkan kemarin, ia merasakannya sebagai tawa yang paling menyedihkan sepanjang hidup. Sebuah tawa yang sepi. Tawa yang lirih. “Kebahagiaan adalah kebersamaan”, katanya getir.

Semiotika Opening Dragon Ball Terhadap Momentum Isra Mi'raj

Image
Dunia sebesar ini tidak sebanding dengan kedamaian ruang sempit ketuban atau dekapan seorang ibu yang maha nyaman, Tuhan kini terlalu banyak menghadirkan bajingan dan beban. Segala keluh kesah akan kesibukan pada umur dua puluh tahun keatas, kadang membuat kita terjebak dalam kehidupan dan kekhawatiran akan masa depan. Barangkali memang perlu kita bangunkan kembali anak kecil yang tengah tidur di dalam jiwa, untuk kembali dapat berbahagia pada hal-hal sederhana, memikirkan segala persoalan dengan imajinasi yang suka-suka. Bicara tentang masa kecil dulu, apa yang paling kalian rindukan? Jawaban saya jelas, menikmati pagi hari di akhir pekan dengan sajian kartun-kartun yang tak pernah membosankan, sampai ibu mengomel “bangun, bukannya mandi malah nonton kartun mulu”. Selain Spongebob Squarepants, Digimon, Yugi-Oh, Shin-Chan, Conan, Dragon Ball, Chibi Maruko-Chan, Doraemon, atau Ninja Hatori, dan juga kartun Nickelodeon lainnya. Beberapa waktu lalu memoar tentang kartun-kartun

Pertem(p)u(r)an Dengan Tuhan

Image
Sewaktu kecil, dengan suka hati saya menerka Tuhan dan bertanya, “apa Tuhan seperti saya?” Setelah dewasa, sesuka hati saya menerka diri dan bertanya, “apa saya seperti Tuhan?” Pertanyaan itu agak berat, dan beberapa waktu ini terus memenuhi kepala saya. Lebih berat dari kebingungan akan masa depan, dan bayangan senyum seseorang yang akhir-akhir ini juga tak pernah lepas dalam pikiran. Saya butuh waktu untuk menjawabnya, membuka berbagai buku atau beberapa catatan daring yang tersedia dengan bebas. Setidaknya untuk berpikir sedikit tenang, di tengah situasi otak yang selalu hiruk pikuk mengurusi banyak hal; judul skripsi, tugas mata kuliah, rindu mamah, dan tentu juga segala tentang perempuan bercahaya bulan yang selalu hadir dalam lamunan. Haha! Kepala saya menjelma kantor yang paling sibuk di dunia!

Mewujudkan Pendidikan Yang Bebas Korupsi

Image
Korupsi dewasa ini menjelma suatu penyakit sosial yang amat sulit dihentikan. Seolah menjadi keniscayaan, di mana terdapat suatu kekuasaan di sana pula terdapat celah untuk terjadinya salah satu tindak white collar crime ini. Sempalan dalil “ Power tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely” dari Lord Action tampaknya paling cocok untuk menggambarkan kondisi tersebut. Pemisahan kewenangan ataupun kekuasaan seperti teori Trias Politica milik Montesquieu, diharapkan dapat mencegah corrupt absolutely yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Namun kenyataannya berbanding terbalik. Banyak oknum pemegang kekuasaan yang masih bandel justru melakukan tindak-tindak korupsi di berbagai bidang atau jenis kekuasaan tersebut.