Kodrat Perempuan
Perempuan itu tertawa kecil. Matanya terus menatap kosong ke arah cermin besar yang tertempel di tembok sisi kanannya.
“Apa yang lucu?” tanya perempuan lain yang duduk di depannya. Perempuan
itu sekilas melihat kertas-kertas yang ada di sisi mejanya, lalu menatap lurus
ke perempuan tadi.
“Tidak,” jawab perempuan itu sambil tersenyum ke perempuan lainnya, tetap
dengan tatapan kosong. “Aku hanya teringat sesuatu yang sering diucapkan
suamiku.”
“Mantan suamimu?”
“Iya, mantan suami.”
“Apa katanya?” tanya perempuan lain itu, sambil memainkan ujung-ujung
kertas.
“Hah?”
“Sesuatu yang sering diucapkan mantan suamimu. Apa katanya?”
“Oh,” kata perempuan itu dengan lirih. Ia palingkan pandangannya ke arah
tangan yang tergeletak di atas pahanya. “Dia
selalu bilang, kalau seorang perempuan kodratnya hanya seputar kasur, dapur,
dan sumur.”
Perempuan itu mengangkat wajahnya lalu menatap perempuan lainnya dengan
tersenyum.
“Aku boleh minta rokokmu?”
“Kamu merokok?”
Perempuan itu mengangguk, “Aku baru ingin mulai merokok dari sekarang.”
Perempuan lainnya merogoh saku jaketnya, mengeluarkan sekotak rokok, lalu
menyodorkannya. Perempuan itu mengambil sebatang rokok, menyelipkannya di bibir,
lalu mencondongkan tubuh ke depan. Perempuan lainnya menyalakan korek dan
menyulut rokok di bibir perempuan itu. Perempuan itu kembali ke posisi duduk
semula, menghisap rokok dalam-dalam, lalu menghembuskan asapnya ke
langit-langit ruangan.
“Kamu tidak terlihat seperti orang yang baru mulai merokok untuk pertama
kali.”
“Oh ya?” tanya perempuan itu dengan suara lirih sambil kembali
mengarahkan tatapan kosongnya ke arah cermin besar yang tertempel di tembok sisi
kanannya.
“Saya mau ambil kopi. Kamu mau?”
Perempuan itu hanya diam.
“Baiklah.” kata perempuan lainnya sambil berdiri dari kursi dengan
canggung. Ia membuka pintu, berjalan keluar pintu, lalu menutup pintu. Ia lalu
berjalan ke arah ruangan lain yang berada tepat di sebelah ruangan yang baru
saja ia tinggalkan. Ia mengambil gelas, menekan tuas penampung air, lalu minum.
“Bagaimana?” tanya seorang pria yang sedari tadi duduk memerhatikan semua
yang terjadi dari ruangan sebelah melalu cermin dua arah. “Dia.. baik-baik saja?”
“Mayat suaminya ditemukan di mana?” tanya perempuan lain itu.
“Potongan mayat,” jawab pria itu dengan memberikan penekanan pada kata ‘potongan’.
“Dia menggorok leher suaminya saat suaminya tertidur di kasur. Mayatnya lalu
dibawa ke dapur dan dipotong menjadi 13 bagian. Potongan itu lalu dibuang ke
dalam sumur di belakang rumahnya.”
“Kasur, dapur, dan sumur,” kata perempuan lain itu sambil menghela napas.
“Apa?” pria itu bertanya sambil mengerutkan kening.
Perempuan lain itu berjalan ke arah cermin besar yang tertempel di tembok
lalu menatap perempuan yang sedang menatapnya dengan tatapan kosong.
“Kodrat perempuan.”
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik meninggalkan jejak. Komentar kalian turut serta membangun kelangsungan hidupnya blog ini..